Senin, 14 September 2009

Wasiat Rasul

Dari Abu Hurairah ra. Bahwa Rosulullah SAW bersabda:

"Barang siapa yang beriman kepada ALLAH dan hari akhir, hendaknya Ia berkata baik atau diam".(hr. bukhori )

Di bawah naungan Wasiat

wasiat yang agung ini termasuk dari penghimpunseluruh budi pekerti yang baik. Rosulullah SAW menyuruh kepad Kita atau setiap individu masyarakat muslim untuk mengerjakan wasiat yang Agung ini. Wasiat ini merupakan seruan kepada seluruh individu masyarakat.

Kalau apa yang akn dikatakan oleh seorang itu ialah suatu kebaikan dan kebenaran yang akan di beri pahala, baik itu wajib maupun sunnah, hendeknya ia berbicara. Sementara itu, jika tidak jelas baginya bahwa ia adalah suatu kebaikan yang akan di beri pahala, hendaknya ia tidak berbicara.sama saja, apakah telah jelas baginya bahwa ia haram, makruh, ataukah, mubah.

Banyak bicara merupakan sebab kebinasaan. Sementara menjaga lisan adalah keselamatan. Kita telah sebutka sabda Rosulullah SAW,

“termasuk dari kesempurnaan Islam seseorang ialah meninggalkan apa yang tidak bermanfat baginya”.


Berbicara hal yang tidak bermanfaat, terkadang juga menjadi sebab terhapusnya amalan dan menjadi penghalang masuk surga. Karenanya, hendaknya seorang muslim berpikir sebelum berbicar. Jika jelas baginya apa yang ia bicarakan ialah baik, benar, dan akan di beri pahala, barulah ia berbicara. Hal itu lebih baik dan lebih selamat baginya. Sebab, ia akan di hisab lantaran setiap kalimat yang di ucapkn. Berdasarkan firman Allah SWT:

“ Tiada suatu ucapan pun yang di ucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”.

( QS. Qaf: 18).

Dari Abu Hurairah Ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda:

“ Sesungguhnya seserang hamba berkata dengan kalimaty yang di Ridhai Allah, yang tidak terpikirkan olehnya, namun dengannya Allah akan menganakat derajatnya. Dan seorang hamba berkatadengan kalimat yang di murkai Allah, yang tidak terpikirkan sebelumnya, namun dengannya ia akan jatuh di neraka jahanam”.

Adab berbicara:

Senantiasa komitmen untuk berbicara dengan perkataan yang mengandungmanfaat dan menahan diri dari perkataan yang di haramkan dalam kondisi apapun. Allah SWT berfirman:

“Dan orang-orang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.” ( QS. Al-mukminun: 3 )

2. Tidak memperbanyak perkataan yang mubah. Sebab, terkadang ia bisa menyerer kepada perkataan yang di haramkan atau di makruhkan.

dari Ibnu Umar Ra, dari Nabi SAW, beliau bersabdam,

“ janganlah engkau memperbanyak berbicaradengan selain berdzikir kepada Allah. Sebsb, banyak berbicara dengan selain berdzikir kepada allah menyebabkan kerasnya Hati. Dan sesungguhnya orang yang paling jauh dari allah adalah pemilik hati yang keras.”

Ibnu umar berkata,

Barang siapa banyak berbicara, maka banyak pula marahnya. Barang siapa banyak marahnya, maka banyak pula dosa-dosanya. Dan barang siapa banyak dosa-dosanya, maka neraka lebih layak untuknya”.

3. Wajib berbicara pada saat di perlukan, terutama unyuk menjelaskan kebenaran serat beramar makruf nahi munkar. Ia di katagorikan sebaik-baik perilaku. Adapun meninggalkan hal terserbut adalh dosa. Sebab, orang yang berdiam diri dari kebenaran ialah setan Bisu.

kesimpulan

Jika anda telah mengetahui balasan bagi orang yang berbicara dengan apa saja yang terlintas di dalam benaknya, apa, apa yang harus anda kerjakan? Hendaknya ucapan anda ialah zikir dan diam anda ialah merenung. Hendaknya pula, ucapan anda adalah tasbih, taqdis (menyucikan Allah), membaca Al-qur’an, tahlil, dan tahmid.

Barang siapa menjaga lisannya karena Allah, Allah akn melancarkan lisannya dengan(mengucap) Syahadat menjelang kematiannya. Namun, barang siapa menjulrkan lisannya dalam (menyingkap) kehormatan kaum muslimin dan mencari-cari aib mereka, Allah akan menahan lisannya dari( mengucap ) syahadat menjelang kematiannya.

http://www.islamic-council.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar